PASAL I :APAKAH PENGGEMBALAAN ITU?
1. Gembala
Mazmur 23
di sana Allah pun disebut sebagai gembala yang memelihara domba-Nya, sehingga
mereka tidak kekurangan suatu apapun. Begitu juga Yesus menyamakan diri-Nya
dengan seorang gembala yang baik dalam Yohanes 10:11.
2. Tugas Gembala
Antara
gembala dan domba ada hubungan yang baik; domba mengenal (Yoh.10:3-5,14), dan
gembala mengasihi setiap dombanya.
3. Domba-domba
Pada
umumnya domba-domba bukan merupakan binatang yang kelakuannya manis. Mereka
suka mencari jalannya sendiri hingga tersesat, seperti domba dalam Matius
18:12-14.
4. Penggembalaan dalam jemaat
Kata
“gembala” dalam bahasa latin ialah “pastor”, dan dalam bahasa yunani “poimen”.
Oleh sebab itu penggembalaan dapat juga disebut “poimenika”, atau “pastoral”.
“Pelayanan pastor" adalah sebutan untuk penggembalaan.
5. Rumusan
Penggembalaan:
a. Mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu-persatu,
b. Mengabarkan firman Allah kepada jemaat, di tengah
situasi hidup mereka pribadi,
c. Melayani jemaat, sama seperti bila Yesus melayani
mereka,
d. Supaya mereka lebih menyadari iman mereka, dan dapat mewujudkan
iman itu dalam hidupnya sehari-hari.
PASAL II: APAKAH TUJUAN PENGGEMBALAAN ITU?
1. Supaya gereja menjadi penuh
Suatu hal yang paling memuaskan hati seorang pendeta
ialah apabila gereja penuh sesak pada setiap kebaktian minggu. Dalam Lukas
14:23 Yesus mengatakan, bahwa rumah-Nya haus penuh, tetapi yang dimaksudkan-Nya
di sini bukanlah gereja, melainkan Kerajaan Allah! Karena belum tentu semua
orang yang ikut kebaktian, betul-betul menyadari imannya dan mengatakannya
dalam hidupnya sehari-hari.
2. Supaya gereja menjadi kudus
“Gereja” yang kita saksikan dalam jemaat bukanlah
tujuan pelayanan kita. “Gereja” dalam bentuk itu akan berlalu, “gereja” adalah
“sesaat”, tidak kekal. Melainkan “gereja” itu “dikuduskan”; bukan oleh
penggembalaan atau oleh kerajinannya sendiri, tetapi oleh anugerah Yesus
Kristus, Kepala Gereja itu.
3. Supaya jemaat dibangun
Tujuan penggembalaan bukanlah supaya gedung gereja
menjadi penuh, atau supaya gereja menjadi kudus. Tetapi tujuan terakhir dari
penggembalan ialah, supaya jemaat Yesus Kristus dibangun.
PASAL III : KEBAKTIAN ATAU PENGGEMBALAAN?
Hal ini menghadapkan kita kepada empat persoalan,
yaitu:
1. Apakah penggembalaan itu suatu hal yang modern saja?
Penggembalaan itu ialah mencari, mengunjungi anggota
jemaat, supaya mereka satu-persatu dibimbing untuk hidup sebagai pengikut
Kristus. Penggembalaan tidak merupakan suatu hal yang modern saja, tetapi
adalah suatu bagian utama dari pelayanan gereja.
2. Apa perbedaan antara penggembalaan dan kebaktian?
Pebedaan itu (yang “rupanya” ada) dapat dillihat pada
tiga bagian berikut :
a. Peranan pelayanan firman
b. Peranan anggota jemaat
c. Khotbah dan percakapan
3. Persamaan antara kebaktian dan penggembalaan
4. Hubungan antara penggembalaan dan pembinaan
PASAL IV : PERANAN FIRMAN ALLAH DALAM PENGEMBALAAN
Pertama-tama firman Tuhan
merupakan dasar untuk penggembalaan. Di samping itu, firman Allah menjiwai
penggembalaan. Ada 4 hal yang termasuk dalam penggembalaan yaitu:
1. Mencari,
2. Mengunjungi,
3. Mengabarkan Firman dalam situasi pribadi, dan
4. Melayani.
Dengan merumuskan
penjelasan di atas tadi, kita mendapatkan kesan bahwa :
1. Firman Allah adalah dasar penggembalaan.
2. Firman Allah adalah sumber pengenalan akan Yesus,
Gembala yang Baik itu.
3. Firman Allah menjiwai pertemuan dan percakapan
penggembalaan.
PASAL V : BAGAIMANAKAH HUBUNGAN ANTARA MEMIMPIN DAN
MELAYANI DALAM JEMAAT?
Memimpin jemaat sama dengan membimbing
jemaat, juga membimbing anggota-anggota jemaat perorangan, sampai mereka
menjadi dewasa dalam iman kepada Yesus Kristus, dengan tidak melupakan tujuan
kehidupan jemaat, yaitu: Kerajaan Allah.
PASAL VI : SIAPAKAH GEMBALA DALAM JEMAAT?
Yesus merupakan gembala yang baik. Tiap-tiap
angota jemaat merupakan gembala bagi teman-temannya. Anggota-anggota majelis
jemaat merupakan gembala-gembala khusus.
Pendeta merupakan gembala khusus penuh
waktu. Majelis jemaat melengkapi jemaat untuk tugas penggembalaannya dan
melaksanakan penggembalaan khusus. Semuanya merupakan domba-domba dari kawanan
Yesus Kristus, yaitu jemaat-Nya.
PASAL VII : TENTANG SIFAT-SIFAT SEORANG GEMBALA
(KHUSUS)
1. Seorang gembala adalah seorang yang mengenal Yesus
Kristus, sehingga ia dapat meniru kelakuan Yesus dan mewakili-Nya.
2. Seorang gembala harus suka bergaul dengan orang lain.
a. Ia tidak menghukum/menghakimi
b. Ia tahu mengampuni orang lain.
c. Ia tidak mau memperhatikan bisikan-bisikan seseorang
tentang orang lain.
d. Ia tahu mendengarkan
3. Seorang gembala harus rajin keluar
4. Seorang gembala tidak usah seorang psikolog/psikiater.
PASAL VIII ; TENTANG KELUARGA PENDETA
Seorang pendeta serta
keluarganya, dan semua anggota jemaat boleh merupakan pengikut-pengikut
kristus, dengan segala akibat-akibatnya. Mereka harus hidup seumur hidupnya
sebagai pengikut-pengikut Kristus; dan untuk mereka berlaku norma-norma yang
sama.
PASAL IX : BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS UNTUK
MELAKSANAKAN PENGGEMBALAAN PADA UMUMNYA
1. Menjadi berani,
2. Mengatur waktu dan menyediakan waktu tertentu untuk
penggembalaan.
3. Belajar dan melatih diri sampai menjadi “ahli” dalam
penggembalaan.
Bagi gembala khusus:
v Mencoba membeli buku-buku tentang penggembalaan;
v Memakai rapat majelis jemaat 1 x sebulan untuk diskusi
tentang penggembalaan.
Bagi
anggota-anggota jemaat:
v Di katekisasi
v Kursus terus-menerus, 1 x sebulan
v Diskusi kelompok
v Kotak-kotak pertanyaan
v Khotbah-khotbah
v Persediaan buku
4. Gembala memakai buku catatan
5. Gembala memegang rahasia jabatan
6. Perlu ada penggembalaan bagi gembala-gembala khusus
juga.
PASAL X : PERKUNJUNGAN PASTORAL
1. Mencari anggota jemaat, di mana ia berada
2. Siapakah yang harus dikunjungi?
Dalam perkunjungan rutin itu maksud utama ialah
pertemuan pribadi antara gembala dan anggota jemaat. Gembala mencari tahu
tentang keadaan anggota jemaat, atau tentang keadaan keluarga yang
dikunjunginya, keadaan jasmani maupun keadaan rohani.
3. Siapakah yang harus dikunjungi?
Perkunjungan itu merupakan tugas gembala-gembala
khusus, yaitu majelis jemaat. Jadi bukan tugas pendeta saja! Majelis semuanya
sebagai tim gembala-gembala khusus bertanggung jawab dalam penggembalaan
terhadap jemaat.
4. Dengan pemberitahuan sebelumnya atau tidak?
Terlebih dahulu pendeta menerangkan kepada jemaatnya,
apa sebenarnya penggembalaan dan apa sebenarnya maksud perkunjungan pastoral.
Dengan jalan itu, anggota jemaat tidak akan kaget, malu atau takut, kalau
mereka didatangi oleh kelompok pengunjungan pastoral. Pendeta juga menerangkan,
bahwa persediaan minuman dan kue-kue sama sekali tidak perlu.
5. Isi perkunjungan pastoral
Maksud perkunjungan pastoral bukanlah mengadakan
ibadah seperti biasa, tetapi memberi perhatian khusus kepada rumah-tangga/
anggota jemaat, supaya mereka merasa dan mengetahui bahwa dirinya disapa secara
pribadi oleh firman Allah dan supaya mereka mengetahui apa panggilannya untuk
seluruh kehidupannya.
6. Perbedaan antara kebaktian rumah-tangga dan
perkunjungan pastoral
Banyak orang seolah-olah harus pergi ke suatu tempat,
sering keluar rumahnya, untuk berfungsi sebagai orang Kristen, yaitu: untuk
menghindari kebaktian.
PASAL XI: PERCAKAPAN PASTORAL
1. Percakapan pastoral merupakan suatu pertemuan yang
benar dan mendalam
2. Percakapan pastoral merupakan suatu dialog
3. Syarat untuk terjadinya percakapan ialah:
a. Keinginan untuk mengenal teman sepercakapan (partner)
berdasarkan kasih
b. Kerelaan untuk dikenal oleh partner
4. Terdapat 3 macam percakapan
a. Tentang soal-soal praktis
b. Tentang hubungan dengan sesama manusia
c. Tentang hubungan dengan Allah
5. Jalan untuk mengadakan percakapan:
a. Anggota jemaat datang kepada gembala
b. Melalui berita yang disampaikan oleh anggota jemaat
lain
PASAL XII : TEKNIK PERCAKAPAN
1. Percakapan pastoral terdiri dari:
a. Permulaan : perkenalan –mengadakan “rapport”,
menciptakan suasana yang baik
b. Pertengahan : mendengarkan dengan aktif. Menyadarkan
anggota jemaat akan situasinya, sendiri.
c. Akhirnya : bersama-sama mencari terang Tuhan.
Penghiburan
d. Kunci : berdoa dan membaca Alkitab.
2.
Beberapa petunjuk praktis:
-
Jangan berbicara terlalu banyak
-
Jangan memotong pembicaraan orang
-
Jangan takut dan gelisah, kalau
ada lowongan dalam percakapan
-
Sabarlah selalu
-
Perhatikan partner dalam
percakapan
-
Ingatlah selalu bahwa sang
gembala adalah wakil Gembala yang baik
PASAL XIII: PENGAKUAN DODA DALAM
PEMGGEMBALAAN
1.
Apakah gerangan yang dimaksudkan
dengan “dosa”?
Dosa
adalah bukan hanya suatu perbuatan salah. Dosa yang dimaksudkan adalah sikap manusia yang mengatakan “Saya tidak mau” kepada
Allah.
2.
Apakah yang dimaksudkan dengan
“pengakuan dosa”
Pengakuan
dosa itu adalah penyesalan kepada Allah, di mana sikap manusia yang selalu
mau lari dari Tuhan yang mengasihi dia. Dan penyesalan itu disertai dengan
harapan akan anugrah Allah yang melampaui segala batas.
3.
Fungsi pengakuan dosa dalam
percakapan pastoral
Amanat
Allah tidak lain dari pada memanggil anggota-anggota
jemaat itu untuk bertobat dan mengikuti Kristus. Gembala mewakili Gembala yang
baik, yang mengundang, yang mengulurkan tangan-Nya justru mencari domba yang
hilang. Penggembalan ialah membawa anggota jemaat pribadi kepada sikap
pengakuan dosa seperti yang dilukiskan di atas, sehingga mereka mulai menyesal,
dan mengharapkan kasih Allah.
PASAL XIV: DISIPLIN GEREJANI
1.
Tujuan disilpin Gereja
Banyak
orang menyangka bahwa disiplin geraja itu adalah hukuman yang membalaskan
pelanggaran-pelangggaran. Tujuan disiplin gereja adalah memperhatikan
saudara-saudara yang berdosa dan untuk mengusahakan supaya saudara pelanggar
itu mau mendengar dan bertobat.
2.
Cara mendekati seorang yang
berdosa
Dalam
hal ini Alkitab memberi
petunjuk-petunjuk praktis (dalam Matius 16:15-18) :
-
“Apabila saudaramu berbuat dosa,
tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengar nasehatmu, engkau telah
mendapat kembali “
-
“Jika ia tidak mendengarkan
engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau
tiga orang saksi, perkara itu tidak diasingkan”
-
“Jika ia tidak mau mendengarkan
mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat”.
3.
Kepada siapakah harus dikenakan
disiplin gerejani?
Yesus
sendiri memberi petunjuk kepada siapa harus dikenakan disiplin. Dalam Matius
17-18b tertulis: “Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah
dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”.
Yang penting disini
adalah bahwa disiplin gerejani dikenakan kepada jemaat yang tidak mau
mendengarkan.
4.
Haruskah ditentukan disiplin
untuk jangka waktu tertentu?
Disiplin
itu berlaku selama seorang pelanggar belum mendengarkan Tuhan, sehingga
tidaklah mungkin untuk menentukan sebelumnya kapan seorang mau bertobat. Oleh karena itu
disiplin tidak dapat ditentukan jangka waktunya.
5.
Bagaimanakah kedudukan seorang
yang ditertibkan?
Seorang
yang jatuhi
disiplin, haruslah dikunjungi oleh anggota-anggota jemaat dengan maksud
memanggil dia kembali. Seorang yang tidak mengenal Allah, adalah seorang yang
perlu ditertibkan. Dia haruslah diundang untuk menghadiri kebaktian-kebaktian
dan untuk mendengarkan firman Allah.
6. Disiplin
sebagai alat pendidikan?
Disiplin
gereja tidak boleh dipakai sebagai alat pendidikan karena maksud Allah bukanlah
demikian.
7.
Sikap pengampun dalam jemaat
Anggota jemaat yang telah berdosa, yang barangkali telah ditertibkan
tetapi menyesal dan bertobat lagi, harus diterima kembali dalam persekutuan
jemaat dengan gembira. Berdasarkan sikap pengampunan yang ada pada anggota
jemaat.
PASAL XV: PENGGEMBALAAN SEKITAR
BAPTISAN
1.
Bimbingan kepada pengertian yang
baik tentang baptisan
Pelayanan
baptisan adalah suatu peristiwa yang indah dan mengembirakan dalam kehidupan
persekutuan jemaat. Tetapi sering peristiwa ini sudah dikaburkan oleh pelbagai
pengertian yang salah.
a)
Baptisan itu menjamin
keselamatan?
Keselamatan rohani dan jasmani
tidak tergantung pada baptisan
melainkan pada anugrah dan kasih Tuhan. Baptisan adalah suatu materai yang
diberikan sebagai tanda, bahwa oknum ini sudah menjadi kepunyan Tuhan.
b)
Bentuk baptisan itu menentukan?
Bentuk baptisan
itu tidak dapat menentukan, karena
bentuk mana yang
Dipilih oleh
gereja asalkan jemaat dapat melihat lambang air yang
mengalir dan membersihkan itu bahwa seseorang sudah
diterima oleh
Tuhan, yang menyucikan dia dari dosanya.
c)
Pesta makan merupakan syarat
mutlak
Terdapat di gereja-gereja dan
jemaat-jemaat, bahwa pesta makan adalah merupakan syarat yang mutlak. Jikalau
keadaan ini terdapat di dalam gereja atau jemaat, baiklah majelis jemaat
mencoba meniadakan kebiasaan ini.
2.
Perkunjungan sekitar baptisan
anak-anak
Baiklah
kepada jemaat diminta untuk mendaftarkan anak yang akan dibaptis sekurang-kurangnya dua minggu
sebelum baptisan, supaya ada kemungkinan bagi gembala-gembala untuk mengunjungi
keluarga yang bersangkutan.
3.
Kebaktian baptisan
Baiklah
majelis jemaat berusaha, supaya kebaktian baptisan menjadi salah satu puncak
kegembiraan dalam kehidupan jemaat. Dengan demikian pelayanan baptisan meupakan suatu khotbah yang
nyata.
PASAL XVI: PENGGEMBALAAN
BERHUBUNGAN DENGAN PENEGUHAN SIDI DAN PERJAMUAN KHUSUS
1.
Katekisasi
Katekisasi
adalah pendidikan calon-calon sidi, dengan maksud agar mereka mengerti arti dan fungsi iman,
jemaat dan gereja maka tidak mungkin katekisasi dapat diselesaikan dalam waktu
yang singkat.
2.
Apa arti sidi?
Sidi merupakan langkah yang penting
dalam kehidupan tiap-tiap manusia, karena dengan itu ia mau mengatakan dan
mengaku, bahwa ia sendiri mau bertanggung jawab tentang imannya dan
kehidupannya sebagai seorang Kristen.
3.
Percakapan sebelum peneguhan sidi
Isi
percakapan haruslah berkisar pada tujuan untuk mengetahui:
-
Pengetahuan isi Alkitab dan
pengakuan iman
-
Apa sebabnya calon ini ingin
menjadi peserta sidi
-
Bagaimana sikapnya terhadap
pemanggilannya untuk hidup sebagai seorang pengikut Kristus
PASAL XVII: PENGGEMBALAN SEKITAR
PERAYAAN PERJAMUAN KUDUS
1.
Arti perjamuan kudus
Tujuan
penggembalaan yang berkisar sekitar perjamuan kudus:
-
Dalam Perjamuan kudus kita
memperingati kematian Tuhan Yesus
-
Bagi orang Kristen ikut serta
dalam Perjamuan Kudus merupakan tanda dan materai bahwa dosa mereka sudah
dihapuskan dan bahwa mereka akan diselamatkan
Memang
sudut pandang ini benar, tetapi ada orang Kristen mengira bahwa segala syarat
harus dipenuhi sebaik mungkin supaya dapat pengampunan dan diselamatkan. Syarat yang
dipandang yaitu perlengkapan yang lengkap, sikap pengakuan dosa, pakaian yang
cocok, sikap yang cocok.
2.
Penggembalaan berkisar sekitar
perayaan Perjamuan Kudus
Tujuan
penggembalaan sekitar perayaan Perjamuan Kudus adalah supaya anggota jemaat
mengerti arti perjamuan kudus dan supaya jemaat ingin ikut serta dalam perayaan
perjamuan kudus.
PASAL XVIII: PENGGEMBALAAN KEPADA
PEMUDA-PEMUDI
1.
Orang tua sering mengeluh tentang
kaum muda dan tidak mengerti kaum muda masa kini.
2.
Kaum muda masa kini lain dari
pada pemuda-pemudi dulu, karena:
v Kuasa
adat kurang menentukan
v Masyarakat
menjadi kurang agraris
v Kuasa
“bapak” menjadi kurang
Akibat
yang disebabkan adalah kaum muda masa kini hidup dalam keragu-raguan dan mencari pegangan.
3. a) Penggembalaan ditujukan kepada generasi tua,
sehingga mereka mencoba bukan hanya mempersalahkan, melainkan mengerti kaum
muda. Membimbing generasi tua, sehingga mereka menginsyafi tugas pendidikan
kaum muda.
b) Penggembalaan ditujukan kepada generasi muda
v Bimbingan
kepada gerakan kaum muda dalam bentuk “coaching”. Melalui gerakan kaum muda
yang segar dan tidak membosankan, kaum muda dididik menjadi anggota jemaat yang
bertanggung jawab
v Penggembalaan
kepada orang muda yang dengan khusus membutuhkan bimbingan gembala
PASAL XIX: PENGGEMBALAAN BERKISAR
SEKITAR PENEGUHAN NIKAH
Maksud dari percakapan pastoral dalam peneguhan nikah adalah :
v Membicarakan
bersama arti pernikahan Kristen
v Membicarakan
bersama arti keluarga Kristen
v Membicarakan
bersama kebaktian pernikahan
v Membicarakan(kalau
perlu), kesulitan sekitar “perkawinan campuran”
1.
Membicarakan Bersama Arti
pernikahan kristen
v Maskawin,
harta dan lain-lain
v Pesta
perkawinan
2.
Membicarakan bersama arti
keluarga Kristen
v Hubungan
suami isteri
v Hubungan
antara orang tua dengan anak-anak
v Hubungan
suami/istri dengan sanak saudara lain yang tinggal dalam rumah yang sama
v Hubungan
dengan pembantu-pembantu
3.
Membicarakan bersama kebaktian
pernikahan
Kadang terjadi kedua mempelai
sangat tegang dalam suatu kebaktian pernikahan
sehingga mereka jarang memusatkan perhatiannya kepada khotbah pernikahan. Oleh
sebab itu sebaiknya sang gembala meneliti tatacara kebaktian pernikahan
tersebut dari semula dengan calon-calon mempelai.
4.
Perkawinan campuran
Tugas
gembala untuk memperingatkan calon mempelai dengan menerangkan kepada mereka,
bahwa mereka harus menghormati agama/golongan dari kekasihnya, maupun
memelihara imannya sendiri.
5.
Penggembalan kepada mempelai-mempelai,
yang seorang dari padanya (atau keduanya) telah pernah bercerai
Gembala
harus mengambil inisiatif untuk menanyakan, apakah perceraian itu sah dan
apakah surat-suratnya beres.
6.
Penggembalaan umum tentang
pokok-pokok yang berkisar sekitar perkawinan
Persiapan
pokok-pokok yang berkisar sekitar perkawinan adalah dalam bentuk ceramah,
percakapan yang terpimpin, ada juga pada jam katekisasi.
PASAL XX: KESULITAN-KESULITAN
DALAM PERKAWINAN
v Perkawinan
adalah suatu persekutuan hidup yang total yang meliputi tubuh, jiwa dan roh dan
juga meliputi waktu sekarang dan waktu
yang akan datang. Perkawinan adalah merupakan relasi yang eksklusif : tidak ada
tempat bagi orang ketiga.
1. Faktor yang menentukan kebahagiaan dalam perkawinan
a. Kepribadian dan kedewasaan pasangan penting sekali
b. Persiapan untuk perkawinan adalah penting sekali
c. Suami-istri harus sepaham tentang soal keluarga yang
bertanggung jawab
d. Suami-istri hendaknya tetap saling menarik, dan saling
memperhatikan.
2. Penggembalaan kepada suami-istri yang hidup dengan
kesulitan dalam perkawinannya
a. Tentang perceraian
ü Perceraian harus disahkan dengan resmi
ü Bekas pasangan tetaplah harus mengingat tanggung
jawabnya terhadap satu sama lain dan terhadap anak-anaknya
ü Janganlah
seorang yang baru bercerai, terus kawin lagi
b. Tentang pembujangan
Dalam PB tidak ada beda penilaian antara orang yang
kawin atau orang yang bujang. Penggembalan sebaiknyalah terarah kepada kesepian
yang sering ada pada orang yang tidak kawin.
c. Tentang homoseksualitas
a. Homoseksualitas bukanlah dosa
b. Janganlah seorang homoseksualitas didorong untuk
“kawin” begitu saja
c. Gembala menawarkan pertolongan kepada orang
homoseksual, dan membimbing mereka menerima jalan yang sulit ini dengan
mengharapkan pertolongan Tuhan.
d. Gembala mencoba mengikut-sertakan mereka dalam
kegiatan dan persekutuan jemaat
e. Gembala mendidik jemaat seluruhnya untuk menerima
seorang homoseksual dalam kasih.
PASAL XXI : PENGGEMBALAAN KEPADA ORANG YANG LANJUT
USIA
1. Keadaan orang yang sudah tua
a. Kesehatannya kurang baik
b. Merasa dikucilkan dari kesibukan dalam masyarakat
c. Merasa kesepian, sehingga banyak berpikir dan merenung
d. Hubungan dengan teman-teman seumur kurang sekali
e. Sering menggumuli maut yang makin hari makin dekat
2. Penggembalaan kepada orang yang lanjut usia
Perkunjungan
gembala adalah bertujuan untuk menghibur si kakek dan si nenek itu dalam
kesakitannya dan sekaligus membimbingnya dalam pergumulannya menghadapi
kematian. Gembala hendaklah berusaha
membimbingnya kepada penyerahan diri yang sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus.
PASAL XXII: PENGGEMBALAAN KEPADA
ORANG SAKIT
1.
Apa sebabnya orang sakit perlu digembalakan?
v Penggembalaan
berusaha supaya si sakit tekun beriman
v Penggembalaan
berusaha supaya iman si sakit diperdalam
v Penggembalaan
berusaha supaya iman si sakit berbuah dalam situasi penyakitnya
2.
Keadaan khusus orang sakit
v Seorang
yang sakit tergantung kepada orang lain, tidak lagi berdiri sendiri
v Seorang
yang sakit merasa ketakutan akan kematian
v Orang
sakit mempunyai banyak waktu luang sehingga ia merenung dan bergumul
3.
Metode penggembalaan kepada orang
yang sakit
v Pergi
dengan kelompok yang kecil
v Percakapan
harus kena-mengena dengan situasi si sakit
4.
Penggembalaan kepada keluarga
orang yang sakit
Selain
memberi perhatian kepada si penderita sakit, sebaiknya gembala memberi
perhatian juga kepada keluarga si penderita sakit. Menanyakan letak kesulitan
baik jasmani maupun rohani.
5.
Bolehkah orang kristen pergi ke
dukun?
Kalau
seorang kristen sakit, baiklah ia mencari dokter atau mantri kesehatan. Jikalau
sulit untuk pergi ke dokter dan ke rumah sakit, boleh juga pergi ke dukun,
asalkan dukun itu jangan punya hubungan dengan kuasa-kuasa gelap, dewa-dewa
atau nenek moyang, dan jangan menggunakan Alkitab dan doa sebagai alat-alat
magis.
6.
Tugas persekutuan jemaat terhadap
orang sakit dalam jemaat
Tugas
penggembalaan bukan hanya ditujukan kepada pendeta atau majelis jemaat, tetapi
juga semua anggota jemaat. Anngota jemaat dapat mengunjungi orang sakit itu
sendiri dan memberitahukan nama dan alamat orang sakit itu kepada gembala atau
majelis jemaat.
PASAL XXIII: PENGGEMBALAAN YANG
BERKISAR SEKITAR KEMATIAN
1.
Bagaimana kita memandang kematian
Sikap
orang kristen terhadap kematian adalah suatu penyerahan diri secara total
kepada kasih Tuhan. Penyerahan diri ini terjadi bukan oleh karena kehidupan
sudah tidak berharga lagi, tetapi oleh karena Tuhan dapat diandalkan.
2.
Penggembalaan kepada orang yang
menghadapi maut, yang dalam keadaan sakit payah
a.
Ketakutan akan orang mati
b.
Situasi orang yang sakit payah,
yang menghadapi maut
c.
Apakah yang dibutuhkan orang yang
menghadapi maut
d.
Apakah penghiburan yang dapat
diberikan oleh jemaat
e.
Isi percakapan pastoral dengan
orang yang menghadapi maut :
v
Orang itu suka mencderitakan
riwayat hidupnya
v
Kesulitan yang belum diselesaikan
dan perasaan bersalah
v Penderitaan
jasmani
v
Perpisahan dari orang-oramg yang
dikasihi
v
Perasaan syukur dan pengharapan
f.
Haruskah disampaikan kepada
seseorang bahwa ia tidak akan sembuh?
Seharusnya perlu disampaikan
karena dengan disampaikan si sakit itu dapat mempersiapkan diri untuk
menyelesaikan kehidupannya sebagai seorang yang tahu bahwa ia milik Tuhan
3.
Penggembalan berkisar pada
pekuburan
v Penggembalaan
berkisar pada pekuburan adalh kepada orang yang berduka
v Penghiburan
sehubungan dengan kedukaan
Pasal XXIV :
penggembalaan kepada orang yang meringkuk dalam penjara
Tujuan penggembalaan kepada
seorang tawanan bukanlah teguran, atau hanyalah seruan untuk bertobat,
seakan-akan orang tawanan itu lebih memerlukan pertobatan dari pada orang lain.
Tujuan penggembalaan kepada orang tawanan ialah untuk memperlihatkan kepadanya
bahwa dalam keadaan yang sukar itu (apakah keadaannya itu akibat kesalahannya
atau tidak) jemaat dan juga Tuhan mau menyertainya. Dalam percakapan itu sang
gemabala menjelaskan, bahwa Tuhan dengan kasih karunia-Nya hadir bagi kita
setiap orang yang mau menerima kasih-karunianya
itu.
LITERATUR:
DR. Bons-Strom,M. “Apakah Penggembalaan Itu ?”. Jakarta:
Gunung Mulia, 2008