Jumat, 23 Maret 2012

APA itu penggembalaan (pastoral)


PASAL I :APAKAH PENGGEMBALAAN ITU?
1.     Gembala
Mazmur 23 di sana Allah pun disebut sebagai gembala yang memelihara domba-Nya, sehingga mereka tidak kekurangan suatu apapun. Begitu juga Yesus menyamakan diri-Nya dengan seorang gembala yang baik dalam Yohanes 10:11.
2.    Tugas Gembala
Antara gembala dan domba ada hubungan yang baik; domba mengenal (Yoh.10:3-5,14), dan gembala mengasihi setiap dombanya.
3.    Domba-domba
Pada umumnya domba-domba bukan merupakan binatang yang kelakuannya manis. Mereka suka mencari jalannya sendiri hingga tersesat, seperti domba dalam Matius 18:12-14.
4.    Penggembalaan dalam jemaat
Kata “gembala” dalam bahasa latin ialah “pastor”, dan dalam bahasa yunani “poimen”. Oleh sebab itu penggembalaan dapat juga disebut “poimenika”, atau “pastoral”. “Pelayanan pastor" adalah sebutan untuk penggembalaan.
5.    Rumusan
Penggembalaan:
a.    Mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu-persatu,
b.    Mengabarkan firman Allah kepada jemaat, di tengah situasi hidup mereka pribadi,
c.    Melayani jemaat, sama seperti bila Yesus melayani mereka,
d.    Supaya mereka lebih menyadari iman mereka, dan dapat mewujudkan iman itu dalam hidupnya sehari-hari.
PASAL II: APAKAH TUJUAN PENGGEMBALAAN ITU?
1.     Supaya gereja menjadi penuh
Suatu hal yang paling memuaskan hati seorang pendeta ialah apabila gereja penuh sesak pada setiap kebaktian minggu. Dalam Lukas 14:23 Yesus mengatakan, bahwa rumah-Nya haus penuh, tetapi yang dimaksudkan-Nya di sini bukanlah gereja, melainkan Kerajaan Allah! Karena belum tentu semua orang yang ikut kebaktian, betul-betul menyadari imannya dan mengatakannya dalam hidupnya sehari-hari.
2.    Supaya gereja menjadi kudus
“Gereja” yang kita saksikan dalam jemaat bukanlah tujuan pelayanan kita. “Gereja” dalam bentuk itu akan berlalu, “gereja” adalah “sesaat”, tidak kekal. Melainkan “gereja” itu “dikuduskan”; bukan oleh penggembalaan atau oleh kerajinannya sendiri, tetapi oleh anugerah Yesus Kristus, Kepala Gereja itu.
3.    Supaya jemaat dibangun
Tujuan penggembalaan bukanlah supaya gedung gereja menjadi penuh, atau supaya gereja menjadi kudus. Tetapi tujuan terakhir dari penggembalan ialah, supaya jemaat Yesus Kristus dibangun.
PASAL III : KEBAKTIAN ATAU PENGGEMBALAAN?
Hal ini menghadapkan kita kepada empat persoalan, yaitu:
1.     Apakah penggembalaan itu suatu hal yang modern saja?
Penggembalaan itu ialah mencari, mengunjungi anggota jemaat, supaya mereka satu-persatu dibimbing untuk hidup sebagai pengikut Kristus. Penggembalaan tidak merupakan suatu hal yang modern saja, tetapi adalah suatu bagian utama dari pelayanan gereja.
2.    Apa perbedaan antara penggembalaan dan kebaktian?
Pebedaan itu (yang “rupanya” ada) dapat dillihat pada tiga bagian berikut :
a.    Peranan pelayanan firman
b.    Peranan anggota jemaat
c.    Khotbah dan percakapan
3.    Persamaan antara kebaktian dan penggembalaan
4.    Hubungan antara penggembalaan dan pembinaan
PASAL IV : PERANAN FIRMAN ALLAH DALAM PENGEMBALAAN
Pertama-tama firman Tuhan merupakan dasar untuk penggembalaan. Di samping itu, firman Allah menjiwai penggembalaan. Ada 4 hal yang termasuk dalam penggembalaan yaitu:

1.     Mencari,
2.    Mengunjungi,
3.    Mengabarkan Firman dalam situasi pribadi, dan
4.    Melayani.
Dengan merumuskan penjelasan di atas tadi, kita mendapatkan kesan bahwa :
1.     Firman Allah adalah dasar penggembalaan.
2.    Firman Allah adalah sumber pengenalan akan Yesus, Gembala yang Baik itu.
3.    Firman Allah menjiwai pertemuan dan percakapan penggembalaan.
PASAL V : BAGAIMANAKAH HUBUNGAN ANTARA MEMIMPIN DAN MELAYANI DALAM JEMAAT?
   Memimpin jemaat sama dengan membimbing jemaat, juga membimbing anggota-anggota jemaat perorangan, sampai mereka menjadi dewasa dalam iman kepada Yesus Kristus, dengan tidak melupakan tujuan kehidupan jemaat, yaitu: Kerajaan Allah.
PASAL VI : SIAPAKAH GEMBALA DALAM JEMAAT?
   Yesus merupakan gembala yang baik. Tiap-tiap angota jemaat merupakan gembala bagi teman-temannya. Anggota-anggota majelis jemaat merupakan gembala-gembala khusus.
   Pendeta merupakan gembala khusus penuh waktu. Majelis jemaat melengkapi jemaat untuk tugas penggembalaannya dan melaksanakan penggembalaan khusus. Semuanya merupakan domba-domba dari kawanan Yesus Kristus, yaitu jemaat-Nya.
PASAL VII : TENTANG SIFAT-SIFAT SEORANG GEMBALA (KHUSUS)
1.     Seorang gembala adalah seorang yang mengenal Yesus Kristus, sehingga ia dapat meniru kelakuan Yesus dan mewakili-Nya.
2.    Seorang gembala harus suka bergaul dengan orang lain.
a.    Ia tidak menghukum/menghakimi
b.    Ia tahu mengampuni orang lain.
c.    Ia tidak mau memperhatikan bisikan-bisikan seseorang tentang orang lain.
d.    Ia tahu mendengarkan
3.    Seorang gembala harus rajin keluar
4.    Seorang gembala tidak usah seorang psikolog/psikiater.
PASAL VIII ; TENTANG KELUARGA PENDETA
Seorang pendeta serta keluarganya, dan semua anggota jemaat boleh merupakan pengikut-pengikut kristus, dengan segala akibat-akibatnya. Mereka harus hidup seumur hidupnya sebagai pengikut-pengikut Kristus; dan untuk mereka berlaku norma-norma yang sama.
PASAL IX : BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS UNTUK MELAKSANAKAN PENGGEMBALAAN PADA UMUMNYA
1.     Menjadi berani,
2.    Mengatur waktu dan menyediakan waktu tertentu untuk penggembalaan.
3.    Belajar dan melatih diri sampai menjadi “ahli” dalam penggembalaan.
Bagi gembala khusus:
v  Mencoba membeli buku-buku tentang penggembalaan;
v  Memakai rapat majelis jemaat 1 x sebulan untuk diskusi tentang penggembalaan.
     Bagi anggota-anggota jemaat:
v  Di katekisasi
v  Kursus terus-menerus, 1 x sebulan
v  Diskusi kelompok
v  Kotak-kotak pertanyaan
v  Khotbah-khotbah
v   Persediaan buku
4.    Gembala memakai buku catatan
5.    Gembala memegang rahasia jabatan
6.    Perlu ada penggembalaan bagi gembala-gembala khusus juga.

PASAL X : PERKUNJUNGAN PASTORAL
1.     Mencari anggota jemaat, di mana ia berada
2.    Siapakah yang harus dikunjungi?
Dalam perkunjungan rutin itu maksud utama ialah pertemuan pribadi antara gembala dan anggota jemaat. Gembala mencari tahu tentang keadaan anggota jemaat, atau tentang keadaan keluarga yang dikunjunginya, keadaan jasmani maupun keadaan rohani.
3.    Siapakah yang harus dikunjungi?
Perkunjungan itu merupakan tugas gembala-gembala khusus, yaitu majelis jemaat. Jadi bukan tugas pendeta saja! Majelis semuanya sebagai tim gembala-gembala khusus bertanggung jawab dalam penggembalaan terhadap jemaat.
4.    Dengan pemberitahuan sebelumnya atau tidak?
Terlebih dahulu pendeta menerangkan kepada jemaatnya, apa sebenarnya penggembalaan dan apa sebenarnya maksud perkunjungan pastoral. Dengan jalan itu, anggota jemaat tidak akan kaget, malu atau takut, kalau mereka didatangi oleh kelompok pengunjungan pastoral. Pendeta juga menerangkan, bahwa persediaan minuman dan kue-kue sama sekali tidak perlu.
5.    Isi perkunjungan pastoral
Maksud perkunjungan pastoral bukanlah mengadakan ibadah seperti biasa, tetapi memberi perhatian khusus kepada rumah-tangga/ anggota jemaat, supaya mereka merasa dan mengetahui bahwa dirinya disapa secara pribadi oleh firman Allah dan supaya mereka mengetahui apa panggilannya untuk seluruh kehidupannya.
6.    Perbedaan antara kebaktian rumah-tangga dan perkunjungan pastoral
Banyak orang seolah-olah harus pergi ke suatu tempat, sering keluar rumahnya, untuk berfungsi sebagai orang Kristen, yaitu: untuk menghindari kebaktian.
PASAL XI: PERCAKAPAN PASTORAL
1.     Percakapan pastoral merupakan suatu pertemuan yang benar dan mendalam
2.    Percakapan pastoral merupakan suatu dialog
3.    Syarat untuk terjadinya percakapan ialah:
a.    Keinginan untuk mengenal teman sepercakapan (partner) berdasarkan kasih
b.    Kerelaan untuk dikenal oleh partner
4.    Terdapat 3 macam percakapan
a.    Tentang soal-soal praktis
b.    Tentang hubungan dengan sesama manusia
c.    Tentang hubungan dengan Allah
5.    Jalan untuk mengadakan percakapan:
a.    Anggota jemaat datang kepada gembala
b.    Melalui berita yang disampaikan oleh anggota jemaat lain
PASAL XII : TEKNIK PERCAKAPAN
1.     Percakapan pastoral terdiri dari:
a.    Permulaan : perkenalan –mengadakan “rapport”, menciptakan suasana yang baik
b.    Pertengahan : mendengarkan dengan aktif. Menyadarkan anggota jemaat akan situasinya, sendiri.
c.    Akhirnya : bersama-sama mencari terang Tuhan. Penghiburan
d.    Kunci : berdoa dan membaca Alkitab.
2.    Beberapa petunjuk praktis:
-      Jangan berbicara terlalu banyak
-      Jangan memotong pembicaraan orang
-      Jangan takut dan gelisah, kalau ada lowongan dalam percakapan
-      Sabarlah selalu
-      Perhatikan partner dalam percakapan
-      Ingatlah selalu bahwa sang gembala adalah wakil Gembala yang baik
PASAL XIII: PENGAKUAN DODA DALAM PEMGGEMBALAAN
1.     Apakah gerangan yang dimaksudkan dengan “dosa”?
Dosa adalah bukan hanya suatu perbuatan salah. Dosa yang dimaksudkan adalah sikap manusia yang mengatakan “Saya tidak mau” kepada Allah.
2.    Apakah yang dimaksudkan dengan “pengakuan dosa”
Pengakuan dosa itu adalah penyesalan kepada Allah, di mana sikap manusia yang selalu mau lari dari Tuhan yang mengasihi dia. Dan penyesalan itu disertai dengan harapan akan anugrah Allah yang melampaui segala batas.
3.    Fungsi pengakuan dosa dalam percakapan pastoral
Amanat Allah tidak lain dari pada memanggil anggota-anggota jemaat itu untuk bertobat dan mengikuti Kristus. Gembala mewakili Gembala yang baik, yang mengundang, yang mengulurkan tangan-Nya justru mencari domba yang hilang. Penggembalan ialah membawa anggota jemaat pribadi kepada sikap pengakuan dosa seperti yang dilukiskan di atas, sehingga mereka mulai menyesal, dan mengharapkan kasih Allah.
PASAL XIV: DISIPLIN GEREJANI
1.     Tujuan disilpin Gereja
Banyak orang menyangka bahwa disiplin geraja itu adalah hukuman yang membalaskan pelanggaran-pelangggaran. Tujuan disiplin gereja adalah memperhatikan saudara-saudara yang berdosa dan untuk mengusahakan supaya saudara pelanggar itu mau mendengar dan bertobat.
2.    Cara mendekati seorang yang berdosa
Dalam hal ini Alkitab memberi petunjuk-petunjuk praktis (dalam Matius 16:15-18) :
-      “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengar nasehatmu, engkau telah mendapat kembali “
-      “Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak diasingkan”
-      “Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat”.
3.    Kepada siapakah harus dikenakan disiplin gerejani?
Yesus sendiri memberi petunjuk kepada siapa harus dikenakan disiplin. Dalam Matius 17-18b tertulis: “Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”. Yang penting disini adalah bahwa disiplin gerejani dikenakan kepada jemaat yang tidak mau mendengarkan.

4.    Haruskah ditentukan disiplin untuk jangka waktu tertentu?
Disiplin itu berlaku selama seorang pelanggar belum mendengarkan Tuhan, sehingga tidaklah mungkin untuk menentukan sebelumnya kapan seorang mau bertobat. Oleh karena itu disiplin tidak dapat ditentukan jangka waktunya.
5.    Bagaimanakah kedudukan seorang yang ditertibkan?
Seorang yang jatuhi disiplin, haruslah dikunjungi oleh anggota-anggota jemaat dengan maksud memanggil dia kembali. Seorang yang tidak mengenal Allah, adalah seorang yang perlu ditertibkan. Dia haruslah diundang untuk menghadiri kebaktian-kebaktian dan untuk mendengarkan firman Allah.
6.    Disiplin sebagai alat pendidikan?
Disiplin gereja tidak boleh dipakai sebagai alat pendidikan karena maksud Allah bukanlah demikian.
7.    Sikap pengampun dalam jemaat
Anggota jemaat yang telah berdosa, yang barangkali telah ditertibkan tetapi menyesal dan bertobat lagi, harus diterima kembali dalam persekutuan jemaat dengan gembira. Berdasarkan sikap pengampunan yang ada pada anggota jemaat.
PASAL XV: PENGGEMBALAAN SEKITAR BAPTISAN
1.     Bimbingan kepada pengertian yang baik tentang baptisan
Pelayanan baptisan adalah suatu peristiwa yang indah dan mengembirakan dalam kehidupan persekutuan jemaat. Tetapi sering peristiwa ini sudah dikaburkan oleh pelbagai pengertian yang salah.
a)    Baptisan itu menjamin keselamatan?
Keselamatan rohani dan jasmani tidak tergantung pada baptisan melainkan pada anugrah dan kasih Tuhan. Baptisan adalah suatu materai yang diberikan sebagai tanda, bahwa oknum ini sudah menjadi kepunyan Tuhan.
b)   Bentuk baptisan itu menentukan?
Bentuk baptisan itu  tidak dapat menentukan, karena bentuk mana yang
Dipilih oleh gereja asalkan jemaat dapat melihat lambang air yang
mengalir dan membersihkan itu bahwa seseorang sudah diterima oleh
Tuhan, yang menyucikan dia dari dosanya.
c)    Pesta makan merupakan syarat mutlak
Terdapat di gereja-gereja dan jemaat-jemaat, bahwa pesta makan adalah merupakan syarat yang mutlak. Jikalau keadaan ini terdapat di dalam gereja atau jemaat, baiklah majelis jemaat mencoba meniadakan kebiasaan ini.
2.    Perkunjungan sekitar baptisan anak-anak
Baiklah kepada jemaat diminta untuk mendaftarkan anak yang akan dibaptis sekurang-kurangnya dua minggu sebelum baptisan, supaya ada kemungkinan bagi gembala-gembala untuk mengunjungi keluarga yang bersangkutan.
3.    Kebaktian baptisan
Baiklah majelis jemaat berusaha, supaya kebaktian baptisan menjadi salah satu puncak kegembiraan dalam kehidupan jemaat. Dengan demikian pelayanan baptisan meupakan suatu khotbah yang nyata.
PASAL XVI: PENGGEMBALAAN BERHUBUNGAN DENGAN PENEGUHAN SIDI DAN PERJAMUAN KHUSUS
1.     Katekisasi
Katekisasi adalah pendidikan calon-calon sidi, dengan maksud agar mereka mengerti arti dan fungsi iman, jemaat dan gereja maka tidak mungkin katekisasi dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.
2.    Apa arti sidi?
Sidi merupakan langkah yang penting dalam kehidupan tiap-tiap manusia, karena dengan itu ia mau mengatakan dan mengaku, bahwa ia sendiri mau bertanggung jawab tentang imannya dan kehidupannya sebagai seorang Kristen.
3.    Percakapan sebelum peneguhan sidi
Isi percakapan haruslah berkisar pada tujuan untuk mengetahui:
-      Pengetahuan isi Alkitab dan pengakuan iman
-      Apa sebabnya calon ini ingin menjadi peserta sidi
-      Bagaimana sikapnya terhadap pemanggilannya untuk hidup sebagai seorang pengikut Kristus


PASAL XVII: PENGGEMBALAN SEKITAR PERAYAAN PERJAMUAN KUDUS
1.     Arti perjamuan kudus
Tujuan penggembalaan yang berkisar sekitar perjamuan kudus:
-      Dalam Perjamuan kudus kita memperingati kematian Tuhan Yesus
-      Bagi orang Kristen ikut serta dalam Perjamuan Kudus merupakan tanda dan materai bahwa dosa mereka sudah dihapuskan dan bahwa mereka akan diselamatkan
Memang sudut pandang ini benar, tetapi ada orang Kristen mengira bahwa segala syarat harus dipenuhi sebaik mungkin supaya dapat pengampunan dan diselamatkan. Syarat yang dipandang yaitu perlengkapan yang lengkap, sikap pengakuan dosa, pakaian yang cocok, sikap yang cocok.
2.    Penggembalaan berkisar sekitar perayaan Perjamuan Kudus
Tujuan penggembalaan sekitar perayaan Perjamuan Kudus adalah supaya anggota jemaat mengerti arti perjamuan kudus dan supaya jemaat ingin ikut serta dalam perayaan perjamuan kudus.
PASAL XVIII: PENGGEMBALAAN KEPADA PEMUDA-PEMUDI
1.     Orang tua sering mengeluh tentang kaum muda dan tidak mengerti kaum muda masa kini.
2.    Kaum muda masa kini lain dari pada pemuda-pemudi dulu, karena:
v  Kuasa adat kurang menentukan
v  Masyarakat menjadi kurang agraris
v  Kuasa “bapak” menjadi kurang
Akibat yang disebabkan adalah kaum muda masa kini hidup dalam keragu-raguan dan mencari pegangan.
3.  a)  Penggembalaan ditujukan kepada generasi tua, sehingga mereka mencoba bukan hanya mempersalahkan, melainkan mengerti kaum muda. Membimbing generasi tua, sehingga mereka menginsyafi tugas pendidikan kaum muda.
b)  Penggembalaan ditujukan kepada generasi muda
v  Bimbingan kepada gerakan kaum muda dalam bentuk “coaching”. Melalui gerakan kaum muda yang segar dan tidak membosankan, kaum muda dididik menjadi anggota jemaat yang bertanggung jawab
v  Penggembalaan kepada orang muda yang dengan khusus membutuhkan bimbingan gembala
PASAL XIX: PENGGEMBALAAN BERKISAR SEKITAR PENEGUHAN NIKAH
     Maksud dari percakapan pastoral dalam peneguhan nikah adalah :
v  Membicarakan bersama arti pernikahan Kristen
v  Membicarakan bersama arti keluarga Kristen
v  Membicarakan bersama kebaktian pernikahan
v  Membicarakan(kalau perlu), kesulitan sekitar “perkawinan campuran”
1.     Membicarakan Bersama Arti pernikahan kristen
v  Maskawin, harta dan lain-lain
v  Pesta perkawinan
2.    Membicarakan bersama arti keluarga Kristen
v  Hubungan suami isteri
v  Hubungan antara orang tua dengan anak-anak
v  Hubungan suami/istri dengan sanak saudara lain yang tinggal dalam rumah yang sama
v  Hubungan dengan pembantu-pembantu
3.    Membicarakan bersama kebaktian pernikahan
Kadang terjadi kedua mempelai sangat tegang dalam suatu kebaktian pernikahan sehingga mereka jarang memusatkan perhatiannya kepada khotbah pernikahan. Oleh sebab itu sebaiknya sang gembala meneliti tatacara kebaktian pernikahan tersebut dari semula dengan calon-calon mempelai.
4.    Perkawinan campuran
Tugas gembala untuk memperingatkan calon mempelai dengan menerangkan kepada mereka, bahwa mereka harus menghormati agama/golongan dari kekasihnya, maupun memelihara imannya sendiri.
5.    Penggembalan kepada mempelai-mempelai, yang seorang dari padanya (atau keduanya) telah pernah bercerai
Gembala harus mengambil inisiatif untuk menanyakan, apakah perceraian itu sah dan apakah surat-suratnya beres.
6.    Penggembalaan umum tentang pokok-pokok yang berkisar sekitar perkawinan
     Persiapan pokok-pokok yang berkisar sekitar perkawinan adalah dalam bentuk ceramah, percakapan yang terpimpin, ada juga pada jam katekisasi.
PASAL XX: KESULITAN-KESULITAN DALAM PERKAWINAN
v  Perkawinan adalah suatu persekutuan hidup yang total yang meliputi tubuh, jiwa dan roh dan juga meliputi waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Perkawinan adalah merupakan relasi yang eksklusif : tidak ada tempat bagi orang ketiga.
1.     Faktor yang menentukan kebahagiaan dalam perkawinan
a.    Kepribadian dan kedewasaan pasangan penting sekali
b.    Persiapan untuk perkawinan adalah penting sekali
c.    Suami-istri harus sepaham tentang soal keluarga yang bertanggung jawab
d.    Suami-istri hendaknya tetap saling menarik, dan saling memperhatikan.
2.    Penggembalaan kepada suami-istri yang hidup dengan kesulitan dalam perkawinannya
a.    Tentang perceraian
ü  Perceraian harus disahkan dengan resmi
ü  Bekas pasangan tetaplah harus mengingat tanggung jawabnya terhadap satu sama lain dan terhadap anak-anaknya
ü  Janganlah  seorang yang baru bercerai, terus kawin lagi
b.    Tentang pembujangan
Dalam PB tidak ada beda penilaian antara orang yang kawin atau orang yang bujang. Penggembalan sebaiknyalah terarah kepada kesepian yang sering ada pada orang yang tidak kawin.
c.    Tentang homoseksualitas
a.    Homoseksualitas bukanlah dosa
b.    Janganlah seorang homoseksualitas didorong untuk “kawin” begitu saja
c.    Gembala menawarkan pertolongan kepada orang homoseksual, dan membimbing mereka menerima jalan yang sulit ini dengan mengharapkan pertolongan Tuhan.
d.    Gembala mencoba mengikut-sertakan mereka dalam kegiatan dan persekutuan jemaat
e.    Gembala mendidik jemaat seluruhnya untuk menerima seorang homoseksual dalam kasih.
PASAL XXI : PENGGEMBALAAN KEPADA ORANG YANG LANJUT USIA
1.     Keadaan orang yang sudah tua
a.    Kesehatannya kurang baik
b.    Merasa dikucilkan dari kesibukan dalam masyarakat
c.    Merasa kesepian, sehingga banyak berpikir dan merenung
d.    Hubungan dengan teman-teman seumur kurang sekali
e.    Sering menggumuli maut yang makin hari makin dekat
2.    Penggembalaan kepada orang yang lanjut usia
Perkunjungan gembala adalah bertujuan untuk menghibur si kakek dan si nenek itu dalam kesakitannya dan sekaligus membimbingnya dalam pergumulannya menghadapi kematian. Gembala hendaklah berusaha membimbingnya kepada penyerahan diri yang sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus.
PASAL XXII: PENGGEMBALAAN KEPADA ORANG SAKIT
1.     Apa sebabnya orang sakit perlu digembalakan?
v  Penggembalaan berusaha supaya si sakit tekun beriman
v  Penggembalaan berusaha supaya iman si sakit diperdalam
v  Penggembalaan berusaha supaya iman si sakit berbuah dalam situasi penyakitnya
2.    Keadaan khusus orang sakit
v  Seorang yang sakit tergantung kepada orang lain, tidak lagi berdiri sendiri
v  Seorang yang sakit merasa ketakutan akan kematian
v  Orang sakit mempunyai banyak waktu luang sehingga ia merenung dan bergumul
3.    Metode penggembalaan kepada orang yang sakit
v  Pergi dengan kelompok yang kecil
v  Percakapan harus kena-mengena dengan situasi si sakit
4.    Penggembalaan kepada keluarga orang yang sakit
Selain memberi perhatian kepada si penderita sakit, sebaiknya gembala memberi perhatian juga kepada keluarga si penderita sakit. Menanyakan letak kesulitan baik jasmani maupun rohani.
5.    Bolehkah orang kristen pergi ke dukun?
Kalau seorang kristen sakit, baiklah ia mencari dokter atau mantri kesehatan. Jikalau sulit untuk pergi ke dokter dan ke rumah sakit, boleh juga pergi ke dukun, asalkan dukun itu jangan punya hubungan dengan kuasa-kuasa gelap, dewa-dewa atau nenek moyang, dan jangan menggunakan Alkitab dan doa sebagai alat-alat magis.
6.    Tugas persekutuan jemaat terhadap orang sakit dalam jemaat
Tugas penggembalaan bukan hanya ditujukan kepada pendeta atau majelis jemaat, tetapi juga semua anggota jemaat. Anngota jemaat dapat mengunjungi orang sakit itu sendiri dan memberitahukan nama dan alamat orang sakit itu kepada gembala atau majelis jemaat.
PASAL XXIII: PENGGEMBALAAN YANG BERKISAR SEKITAR KEMATIAN
1.     Bagaimana kita memandang kematian
Sikap orang kristen terhadap kematian adalah suatu penyerahan diri secara total kepada kasih Tuhan. Penyerahan diri ini terjadi bukan oleh karena kehidupan sudah tidak berharga lagi, tetapi oleh karena Tuhan dapat diandalkan. 
2.    Penggembalaan kepada orang yang menghadapi maut, yang dalam keadaan sakit payah
a.    Ketakutan akan orang mati
b.    Situasi orang yang sakit payah, yang menghadapi maut
c.    Apakah yang dibutuhkan orang yang menghadapi maut
d.    Apakah penghiburan yang dapat diberikan oleh jemaat
e.    Isi percakapan pastoral dengan orang yang menghadapi maut :
v  Orang itu suka mencderitakan riwayat hidupnya
v  Kesulitan yang belum diselesaikan dan perasaan bersalah
v  Penderitaan jasmani
v  Perpisahan dari orang-oramg yang dikasihi
v  Perasaan syukur dan pengharapan
f.    Haruskah disampaikan kepada seseorang bahwa ia tidak akan sembuh?
Seharusnya perlu disampaikan karena dengan disampaikan si sakit itu dapat mempersiapkan diri untuk menyelesaikan kehidupannya sebagai seorang yang tahu bahwa ia milik Tuhan
3.    Penggembalan berkisar pada pekuburan
v  Penggembalaan berkisar pada pekuburan adalh kepada orang yang berduka
v  Penghiburan sehubungan dengan kedukaan
Pasal XXIV : penggembalaan kepada orang yang meringkuk dalam penjara
Tujuan penggembalaan kepada seorang tawanan bukanlah teguran, atau hanyalah seruan untuk bertobat, seakan-akan orang tawanan itu lebih memerlukan pertobatan dari pada orang lain. Tujuan penggembalaan kepada orang tawanan ialah untuk memperlihatkan kepadanya bahwa dalam keadaan yang sukar itu (apakah keadaannya itu akibat kesalahannya atau tidak) jemaat dan juga Tuhan mau menyertainya. Dalam percakapan itu sang gemabala menjelaskan, bahwa Tuhan dengan kasih karunia-Nya hadir bagi kita setiap orang yang mau menerima kasih-karunianya itu.







LITERATUR:
     DR. Bons-Strom,M. “Apakah Penggembalaan Itu ?”. Jakarta: Gunung Mulia, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar