Jumat, 23 Maret 2012

VERBATIM BAGI PEMUDA



I.            PENDAHULUAN
*      Nama                           : Jordan ( Samaran )
*      Umur                           : 24 Tahun
*      Jenis Kelamin             : Laki-laki
*      Tempat Percakapan : Aula Gereja
*      Waktu / Durasi Percakapan : 40 Menit
*      Status                         : Belum menikah, anak pertama di antara dua bersaudara
*      Hari/tanggal percakapan : Minggu, 04 Desember 2011
*      Catatan                        :
-          Konseli dan konselor sudah saling mengenal dan cukup akrab. Konseli adalah teman pemuda dari konselor dan berdomisili di jemaat yang sama.
-          Konseli sering memanggil konselor dengan sebutan Nani.
-          Percakapan ini sudah direncanakan. Karena sebelumnya konseli sudah pernah mengatakan bahwa ada hal yang ingin konseli ceritakan kepada konselor.

II.            OBSERVASI
Percakapan ini terjadi pada sore hari selesai ibadah pemuda jemaat. Pertama situasi di dalam aula tidak mendukung untuk dilaksanakan percakapan, karena banyak rekan-rekan pemuda yang masih berada di aula. Akhirnya konseli dan konselor memutuskan untuk melakukan percakapan setelah rekan-rekan pemuda yang lain pulang. Di aula gereja,terdapat kursi, meja, papan tulis, speaker. Di aula gereja pada saat itu kurang rapi karena baru selesai ibadah pemuda jemaat.

III.            JALANNYA PERCAKAPAN
Pada saat rekan-rekan pemuda yang lain pulang, konseli dan konselor langsung melakukan  percakapan.
1.      Ko       : Jadi Dan, apa yang ingin kamu bicarakan dengan saya? (sambil menepuk pundak konseli).
Ki        : Begini Nan (kata konseli sambil malu-malu), ini tentang keluarga saya.

2.      Ko       : Ada apa dengan keluarga kamu? Bukannya keluarga kamu baik-baik saja?
Ki        : Iya sih, kelihatannya keluarga saya memang baik-baik saja. Tapi, sebenarnya ada masalah yang terjadi di dalam keluarga saya.

3.      Ko       : Masalah apa Dan, kalau boleh saya tahu! (dengan wajah penasaran)
Ki        : Ini tentang ayah saya (dengan raut wajah yang sedih).

4.      Ko       : Kenapa dengan ayah kamu? Memang apa yang terjadi sama ayah kamu Dan?
Ki        : Apa kamu sudah dengar kalau ayah saya sedang terlibat masalah kriminal? (sambil menunjukkan wajah kekecewaan).

5.      Ko       : Oh ya? (terkejut), saya belum tahu tentang kejadian itu. Terus di mana ayah kamu sekarang dan bagaimana keadaanya?
Ki        : Di kantor  polisi (Poltabes Manado). Kalau keadaannya sekarang saya belum tahu, karena saya belum pernah berkunjung ke kantor polisi untuk melihat keadaan ayah saya.

6.      Ko       : Oh ya? (sekali lagi Jordan membuat saya terkejut). Kenapa kamu tidak pernah mengunjungi ayah kamu Jon?
Ki        : Nah! itu yang menjadi permasalahannya Nan. Sampai saat ini saya belum bisa menerima apa yang sudah dilakukan ayah terhadap saya dan keluarga saya. Saya merasa sangat kecewa dengan apa yang sudah dilakukan ayah saya, sampai-sampai melihat wajahnya pun saya enggan. Yang ada di dalam hati saya saat ini hanyalah amarah, kekecewaan, dan kebencian (dengan wajah yang penuh amarah). Saya malu sama teman-teman karena perbuatan ayah saya (sambil mata berkaca-kaca). Terus lagi saya kasihan sama mama, setiap harinya mama selalu menangis baik di kamar sampai mau makan pun. Sedangkan adik saya perempuan tiap pulang sekolah dia sering menangis, karena selalu di ejek oleh teman-temannya karena perbuatan ayah saya. Jadi, sementara ini  saya yang bekerja banting tulang untuk membantu menafkai keluarga saya. Karena saya anak paling tua, sedangkan adik saya masih sekolah. Nan, seandaiknya kamu berada diposisi saya saat ini, apa yang akan kamu lakukan?

7.      Ko       : Jika saya berada di posisi kamu Dan, saya pun akan merasa sama seperti apa yang kamu rasakan saat ini, bahkan mungkin saya tidak tahu apa saya bisa kuat seperti kamu Dan (terdiam sejenak). Dipihak lain, bagus kalau kita memikirkan yang positif tentang ayah kamu misalnya apakah kamu tidak merasa kasihan dengan ayah kamu Dan? Bukankah ayah kamu sangat membutuhkan perhatian, bahkan dorongan dari keluargamu Dan? Memang tidak gampang menerima apa yang sudah di lakukan ayah kamu Dan, apalagi memaafkannya. Kalau boleh saya tahu memangnya ayah kamu terlibat masalah kriminal apa?
Ki        : Ayah saya terlibat masalah percabulan Nan (dengan wajah yang penuh dengan kekecewaan).

8.      Ko       : Percabulan?(terkejut)
Ki        : Itu yang membuat saya marah, kecewa, benci kepada ayah saya. Sampai-sampai mau memberi maafpun saya tidak mau. Tapi, saya pikir apa yang kamu katakan ada benarnya juga, mungkin saya terlalu keras kepada ayah. Tapi ada benarnya juga, ayah  pasti membutuhkan dorongan dari saya dan keluarga. Mungkin selama ini saya egois hanya memikirkan diri saya saja (dengan wajah yang merasa bersalah), sehingga saya tidak memikirkan perasaannya.

9.      Ko       : Ya benar apa yang kamu katakan tadi.  Kita sebagai anak Tuhan diajarkan untuk saling mengasihi dan mengampuni satu sama lain? Apalagi dia adalah ayah kamu Dan. Jadi, sebaiknya kamu bisa menerima apa yang sedang terjadi dan coba membuka pintu maaf bagi ayah kamu.
Ki        : Benar juga ya Nan. Bagaimanapun juga dia itu ayah saya, biar dia sudah menyakiti saya dan keluarga. Terima kasih ya Nan atas nasihatnya, akhirnya saya bisa menerima keadaan saya saat ini. Besok saya akan mengunjungi ayah di kantor polisi.Tolong doakan pergumulan keluarga saya ya Nan dan saya pun akan berdoa untuk keluarga juga, pasti Tuhan akan membuka jalan untuk keluarga. Sekali lagi terima kasih, mungkin kalau tidak ada kamu kepada siapa saya bisa menceritakan masalah ini.

10.  Ko       : Baguslah Dan kamu bisa memaafkan ayah kamu. Iya sama-sama, terima kasih juga ya Dan kamu mau berbagi masalah kamu dengan saya. Dan saya akan selalu mendoakan kamu dan keluargamu. Kelihatannya, muka kamu sudah ceria lagi, jadi tambah ganteng saja (sambil mencairkan suasana yang tadinya sedih dan dengan nada bercanda).
Ki        : (sambil tersenyum malu)

11.  Ko       : Kenapa raut wajahmu menjadi merah? Malu ya? (dengan nada bercanda). Eh, Dan tidak terasa ya sudah lonceng pertama untuk masuk gereja malam. Kamu sudah masuk gereja Dan?
Ki        : Sudah Nan (sambil tersenyum). Saya tadi masuk gereja subuh. Kalau kamu sudah masuk gereja?

12.  Ko       : Sudah Dan. saya kan paling rajin, kalau mau ibadah (dengan nada bercanda). Ya sudah kalau begitu, nanti kita lanjutkan kembali percakapan kita.
Ki        : Oke de Nan. Yang penting kamu tidak bosan mendengarkan curahan hati saya! (sambil tersenyum dan wajah yang penuh mengharapan)

13.  Ko       : Tentu saja tidak (sambil tersenyum), saya siap menjadi tempat curahan hati kamu Dan, kapan pun kamu membutuhkan saya.
Ki        : Makasi ya Nan. (dengan muka yang terlihat lega)

14.  Ko       : Sama-sama Dan. Jangan lupa ya titip salam buat ayah kamu dari saya.
Ki        : Pasti saya akan sampaikan Nan.
Akhirnya percakapanpun selesai. Konselor dan konseli bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing.
IV.            ANALISIS
W      Analisis ekonomis       : Keadaan ekonomi konseli dilihat dari kesehariannya, dia berasal dari orang yang mampu. Dilihat juga dari cara berpakaiannya dan barang-barang elektronik yang dia miliki.

W      Analisis spiritual          : Dilihat dari percakapan, keadaan  spiritual konseli tidak terganggu karena konseli masih mau hadir dalam ibadah pemuda jemaat, dan selalu mengandalkan Tuhan dalam menghadapi pergumulannya (lihat Ki 9, dan percakapan terjadi sesudah ibadah pemuda jemaat,). Konseli pun rajin pergi ke ibadah-ibadah (Ki 11).

W      Analisis psikologis      : menurut konselor, secara psikologi konseli terganggu bisa dilihat dari kebencian terhadap ayahnya dan tidak mau memaafkan ayahnya ( lihat Ki 5, 6, 8 ) namun pada akhirnya konseli mau menerima nasihat dari konselor dan memutuskan untuk memaafkan ayahnya ( lihat Ki  8,9).

W      Analisis sosiologis       : menurut konselor, konseli adalah orang yang mudah bergaul. Dia sangat disenangi teman-temannya karna dia baik, tidak sombong, lucu, dan ceria sehingga kehadirannya selalu dinantikan oleh teman-temannya. Sampai-sampai ada istilah dari teman-temannya untuk dia “ kalo gak ada loe, gak rame “. Dia juga aktif dalam organisasi keagamaan maupun organisasi kemahasiswaan.

W      Analisis Fisik   : konseli memiliki postur  tubuh yang besar dan tinggi. Badan konseli tidak gemuk. Daya tahan tubuh konseli lemah karena konseli alergi terhadap debu.

W      Analisis teologis          : dilihat dari percakapan ini, konseli dapat mengambil keputusan bahwa ia harus menerima keadaan ini dan tidak lagi membenci ayahnya (Ki 9).

V.            EVALUASI MENYELURUH                :
Percakapan ini masih perlu dilanjutkan, meskipun tidak ada persetujuan tentang kepastian waktunya, ketika melihat konseli menyatakan kepercayaannya kepada konselor untuk menjadi tempat curahan hatinya (Ki 12).
Percakapan ini menuai hasil positif karena konseli sudah bisa menerima apa yang terjadi dan mau memaafkan ayahnya (lihat Ki 8,9). Semua itu bisa berhasil karena konseli orangnya terbuka dan mau menceritakan masalahnya kepada orang lain (lihat Ki 1, 2, 3, 4, 5, 6,7). Dan juga karena konselor mampu menjadi pendengar yang baik dan bisa membimbing konseli untuk menemukan jawaban untuk masalah yang dihadapi konseli ( lihat Ki 8,9 ).


bY : STEPHANIE IREYNE SANDALA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar