I.
PENDAHULUAN
Nama : Jordan ( Samaran )
Umur :
24 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Percakapan : Aula Gereja
Waktu / Durasi Percakapan : 40 Menit
Status :
Belum menikah, anak pertama di antara dua bersaudara
Hari/tanggal percakapan : Minggu, 04
Desember 2011
Catatan :
-
Konseli dan konselor sudah saling
mengenal dan cukup akrab. Konseli adalah teman pemuda dari konselor dan
berdomisili di jemaat yang sama.
-
Konseli sering memanggil konselor dengan
sebutan Nani.
-
Percakapan ini sudah direncanakan.
Karena sebelumnya konseli sudah pernah mengatakan bahwa ada hal yang ingin
konseli ceritakan kepada konselor.
II.
OBSERVASI
Percakapan ini
terjadi pada sore hari selesai ibadah pemuda jemaat. Pertama situasi di dalam
aula tidak mendukung untuk dilaksanakan percakapan, karena banyak rekan-rekan pemuda
yang masih berada di aula. Akhirnya konseli dan konselor memutuskan untuk
melakukan percakapan setelah rekan-rekan pemuda yang lain pulang. Di aula
gereja,terdapat kursi, meja, papan tulis, speaker. Di aula gereja pada saat itu
kurang rapi karena baru selesai ibadah pemuda jemaat.
III.
JALANNYA PERCAKAPAN
Pada
saat rekan-rekan pemuda yang lain pulang, konseli dan konselor langsung
melakukan percakapan.
1. Ko : Jadi Dan, apa yang ingin kamu bicarakan
dengan saya? (sambil menepuk pundak konseli).
Ki : Begini Nan (kata konseli sambil malu-malu),
ini tentang keluarga saya.
2. Ko : Ada apa dengan keluarga kamu? Bukannya
keluarga kamu baik-baik saja?
Ki : Iya sih, kelihatannya keluarga saya
memang baik-baik saja. Tapi, sebenarnya
ada masalah yang terjadi di dalam keluarga saya.
3. Ko : Masalah apa Dan, kalau boleh saya tahu!
(dengan
wajah penasaran)
Ki : Ini tentang ayah saya (dengan
raut wajah yang sedih).
4. Ko : Kenapa dengan ayah kamu? Memang apa
yang terjadi sama ayah kamu Dan?
Ki : Apa kamu sudah dengar kalau ayah saya
sedang terlibat masalah kriminal? (sambil menunjukkan wajah kekecewaan).
5. Ko : Oh ya? (terkejut), saya belum tahu
tentang kejadian itu. Terus di mana ayah kamu sekarang dan bagaimana keadaanya?
Ki
: Di kantor polisi (Poltabes Manado). Kalau keadaannya
sekarang saya belum tahu, karena saya belum pernah berkunjung ke kantor polisi
untuk melihat keadaan ayah saya.
6.
Ko :
Oh ya? (sekali lagi Jordan membuat saya terkejut). Kenapa kamu tidak
pernah mengunjungi ayah kamu Jon?
Ki : Nah! itu yang menjadi permasalahannya
Nan. Sampai saat ini saya belum bisa menerima apa yang sudah dilakukan ayah terhadap
saya dan keluarga saya. Saya merasa sangat kecewa dengan apa yang sudah dilakukan
ayah saya, sampai-sampai melihat wajahnya pun saya enggan. Yang ada di dalam
hati saya saat ini hanyalah amarah, kekecewaan, dan kebencian (dengan
wajah yang penuh amarah). Saya malu sama teman-teman karena perbuatan
ayah saya (sambil mata berkaca-kaca). Terus lagi saya kasihan sama mama,
setiap harinya mama selalu menangis baik di kamar sampai mau makan pun.
Sedangkan adik saya perempuan tiap pulang sekolah dia sering menangis, karena
selalu di ejek oleh teman-temannya karena perbuatan ayah saya. Jadi, sementara
ini saya yang bekerja banting tulang
untuk membantu menafkai keluarga saya. Karena saya anak paling tua, sedangkan
adik saya masih sekolah. Nan, seandaiknya kamu berada diposisi saya saat ini,
apa yang akan kamu lakukan?
7. Ko : Jika saya berada di posisi kamu Dan,
saya pun akan merasa sama seperti apa yang kamu rasakan saat ini, bahkan mungkin
saya tidak tahu apa saya bisa kuat seperti kamu Dan (terdiam sejenak). Dipihak
lain, bagus kalau kita memikirkan yang positif tentang ayah kamu misalnya apakah
kamu tidak merasa kasihan dengan ayah kamu Dan? Bukankah ayah kamu sangat
membutuhkan perhatian, bahkan dorongan dari keluargamu Dan? Memang tidak gampang
menerima apa yang sudah di lakukan ayah kamu Dan, apalagi memaafkannya. Kalau
boleh saya tahu memangnya ayah kamu terlibat masalah kriminal apa?
Ki : Ayah saya terlibat masalah percabulan
Nan (dengan
wajah yang penuh dengan kekecewaan).
8. Ko : Percabulan?(terkejut)
Ki : Itu yang membuat saya marah, kecewa,
benci kepada ayah saya. Sampai-sampai mau memberi maafpun saya tidak mau. Tapi,
saya pikir apa yang kamu katakan ada benarnya juga, mungkin saya terlalu keras
kepada ayah. Tapi ada benarnya juga, ayah pasti membutuhkan dorongan dari saya dan
keluarga. Mungkin selama ini saya egois hanya memikirkan diri saya saja (dengan
wajah yang merasa bersalah), sehingga saya tidak memikirkan perasaannya.
9. Ko : Ya benar apa yang kamu katakan
tadi. Kita sebagai anak Tuhan diajarkan
untuk saling mengasihi dan mengampuni satu sama lain? Apalagi dia adalah ayah
kamu Dan. Jadi, sebaiknya kamu bisa menerima apa yang sedang terjadi dan coba
membuka pintu maaf bagi ayah kamu.
Ki : Benar juga ya Nan. Bagaimanapun juga
dia itu ayah saya, biar dia sudah menyakiti saya dan keluarga. Terima kasih ya
Nan atas nasihatnya, akhirnya saya bisa menerima keadaan saya saat ini. Besok
saya akan mengunjungi ayah di kantor polisi.Tolong doakan pergumulan keluarga
saya ya Nan dan saya pun akan berdoa untuk keluarga juga, pasti Tuhan akan membuka
jalan untuk keluarga. Sekali lagi terima kasih, mungkin kalau tidak ada kamu
kepada siapa saya bisa menceritakan masalah ini.
10. Ko : Baguslah Dan kamu bisa memaafkan ayah
kamu. Iya sama-sama, terima kasih juga ya Dan kamu mau berbagi masalah kamu
dengan saya. Dan saya akan selalu mendoakan kamu dan keluargamu. Kelihatannya,
muka kamu sudah ceria lagi, jadi tambah ganteng saja (sambil mencairkan suasana yang
tadinya sedih dan dengan nada bercanda).
Ki : (sambil tersenyum malu)
11. Ko : Kenapa raut wajahmu menjadi merah? Malu
ya? (dengan
nada bercanda). Eh, Dan tidak terasa ya sudah lonceng pertama untuk
masuk gereja malam. Kamu sudah masuk gereja Dan?
Ki : Sudah Nan (sambil tersenyum). Saya
tadi masuk gereja subuh. Kalau kamu sudah masuk gereja?
12. Ko : Sudah Dan. saya kan paling rajin, kalau
mau ibadah (dengan nada bercanda). Ya sudah kalau begitu, nanti kita lanjutkan
kembali percakapan kita.
Ki : Oke de Nan. Yang penting kamu tidak
bosan mendengarkan curahan hati saya! (sambil tersenyum dan wajah yang penuh mengharapan)
13. Ko : Tentu saja tidak (sambil tersenyum), saya
siap menjadi tempat curahan hati kamu Dan, kapan pun kamu membutuhkan saya.
Ki : Makasi ya Nan. (dengan muka yang terlihat lega)
14. Ko : Sama-sama Dan. Jangan lupa ya titip
salam buat ayah kamu dari saya.
Ki : Pasti saya akan sampaikan Nan.
Akhirnya
percakapanpun selesai. Konselor dan konseli bersiap-siap untuk pulang ke rumah
masing-masing.
IV.
ANALISIS
W
Analisis ekonomis : Keadaan ekonomi konseli dilihat dari kesehariannya, dia
berasal dari orang yang mampu. Dilihat juga dari cara berpakaiannya dan
barang-barang elektronik yang dia miliki.
W
Analisis spiritual : Dilihat dari percakapan,
keadaan spiritual konseli tidak terganggu
karena konseli masih mau hadir dalam ibadah pemuda jemaat, dan selalu
mengandalkan Tuhan dalam menghadapi pergumulannya (lihat Ki 9, dan percakapan
terjadi sesudah ibadah pemuda jemaat,). Konseli pun rajin pergi ke ibadah-ibadah
(Ki 11).
W
Analisis psikologis : menurut konselor, secara psikologi
konseli terganggu bisa dilihat dari kebencian terhadap ayahnya dan tidak mau
memaafkan ayahnya ( lihat Ki 5, 6, 8 ) namun pada akhirnya konseli mau menerima
nasihat dari konselor dan memutuskan untuk memaafkan ayahnya ( lihat Ki 8,9).
W
Analisis sosiologis : menurut konselor, konseli adalah orang
yang mudah bergaul. Dia sangat disenangi teman-temannya karna dia baik, tidak
sombong, lucu, dan ceria sehingga kehadirannya selalu dinantikan oleh teman-temannya.
Sampai-sampai ada istilah dari teman-temannya untuk dia “ kalo gak ada loe, gak
rame “. Dia juga aktif dalam organisasi keagamaan maupun organisasi
kemahasiswaan.
W
Analisis Fisik : konseli memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi. Badan konseli
tidak gemuk. Daya tahan tubuh konseli lemah karena konseli alergi terhadap
debu.
W
Analisis teologis : dilihat dari percakapan ini, konseli dapat mengambil
keputusan bahwa ia harus menerima keadaan ini dan tidak lagi membenci ayahnya
(Ki 9).
V.
EVALUASI MENYELURUH :
Percakapan ini masih perlu dilanjutkan, meskipun
tidak ada persetujuan tentang kepastian waktunya, ketika melihat konseli
menyatakan kepercayaannya kepada konselor untuk menjadi tempat curahan hatinya
(Ki 12).
Percakapan ini menuai hasil positif karena konseli
sudah bisa menerima apa yang terjadi dan mau memaafkan ayahnya (lihat Ki 8,9).
Semua itu bisa berhasil karena konseli orangnya terbuka dan mau menceritakan
masalahnya kepada orang lain (lihat Ki 1, 2, 3, 4, 5, 6,7). Dan juga karena
konselor mampu menjadi pendengar yang baik dan bisa membimbing konseli untuk
menemukan jawaban untuk masalah yang dihadapi konseli ( lihat Ki 8,9 ).
bY : STEPHANIE IREYNE SANDALA
I.
PENDAHULUAN








-
Konseli dan konselor sudah saling
mengenal dan cukup akrab. Konseli adalah teman pemuda dari konselor dan
berdomisili di jemaat yang sama.
-
Konseli sering memanggil konselor dengan
sebutan Nani.
-
Percakapan ini sudah direncanakan.
Karena sebelumnya konseli sudah pernah mengatakan bahwa ada hal yang ingin
konseli ceritakan kepada konselor.
II.
OBSERVASI
Percakapan ini
terjadi pada sore hari selesai ibadah pemuda jemaat. Pertama situasi di dalam
aula tidak mendukung untuk dilaksanakan percakapan, karena banyak rekan-rekan pemuda
yang masih berada di aula. Akhirnya konseli dan konselor memutuskan untuk
melakukan percakapan setelah rekan-rekan pemuda yang lain pulang. Di aula
gereja,terdapat kursi, meja, papan tulis, speaker. Di aula gereja pada saat itu
kurang rapi karena baru selesai ibadah pemuda jemaat.
III.
JALANNYA PERCAKAPAN
Pada
saat rekan-rekan pemuda yang lain pulang, konseli dan konselor langsung
melakukan percakapan.
1. Ko : Jadi Dan, apa yang ingin kamu bicarakan
dengan saya? (sambil menepuk pundak konseli).
Ki : Begini Nan (kata konseli sambil malu-malu),
ini tentang keluarga saya.
2. Ko : Ada apa dengan keluarga kamu? Bukannya
keluarga kamu baik-baik saja?
Ki : Iya sih, kelihatannya keluarga saya
memang baik-baik saja. Tapi, sebenarnya
ada masalah yang terjadi di dalam keluarga saya.
3. Ko : Masalah apa Dan, kalau boleh saya tahu!
(dengan
wajah penasaran)
Ki : Ini tentang ayah saya (dengan
raut wajah yang sedih).
4. Ko : Kenapa dengan ayah kamu? Memang apa
yang terjadi sama ayah kamu Dan?
Ki : Apa kamu sudah dengar kalau ayah saya
sedang terlibat masalah kriminal? (sambil menunjukkan wajah kekecewaan).
5. Ko : Oh ya? (terkejut), saya belum tahu
tentang kejadian itu. Terus di mana ayah kamu sekarang dan bagaimana keadaanya?
Ki
: Di kantor polisi (Poltabes Manado). Kalau keadaannya
sekarang saya belum tahu, karena saya belum pernah berkunjung ke kantor polisi
untuk melihat keadaan ayah saya.
6.
Ko :
Oh ya? (sekali lagi Jordan membuat saya terkejut). Kenapa kamu tidak
pernah mengunjungi ayah kamu Jon?
Ki : Nah! itu yang menjadi permasalahannya
Nan. Sampai saat ini saya belum bisa menerima apa yang sudah dilakukan ayah terhadap
saya dan keluarga saya. Saya merasa sangat kecewa dengan apa yang sudah dilakukan
ayah saya, sampai-sampai melihat wajahnya pun saya enggan. Yang ada di dalam
hati saya saat ini hanyalah amarah, kekecewaan, dan kebencian (dengan
wajah yang penuh amarah). Saya malu sama teman-teman karena perbuatan
ayah saya (sambil mata berkaca-kaca). Terus lagi saya kasihan sama mama,
setiap harinya mama selalu menangis baik di kamar sampai mau makan pun.
Sedangkan adik saya perempuan tiap pulang sekolah dia sering menangis, karena
selalu di ejek oleh teman-temannya karena perbuatan ayah saya. Jadi, sementara
ini saya yang bekerja banting tulang
untuk membantu menafkai keluarga saya. Karena saya anak paling tua, sedangkan
adik saya masih sekolah. Nan, seandaiknya kamu berada diposisi saya saat ini,
apa yang akan kamu lakukan?
7. Ko : Jika saya berada di posisi kamu Dan,
saya pun akan merasa sama seperti apa yang kamu rasakan saat ini, bahkan mungkin
saya tidak tahu apa saya bisa kuat seperti kamu Dan (terdiam sejenak). Dipihak
lain, bagus kalau kita memikirkan yang positif tentang ayah kamu misalnya apakah
kamu tidak merasa kasihan dengan ayah kamu Dan? Bukankah ayah kamu sangat
membutuhkan perhatian, bahkan dorongan dari keluargamu Dan? Memang tidak gampang
menerima apa yang sudah di lakukan ayah kamu Dan, apalagi memaafkannya. Kalau
boleh saya tahu memangnya ayah kamu terlibat masalah kriminal apa?
Ki : Ayah saya terlibat masalah percabulan
Nan (dengan
wajah yang penuh dengan kekecewaan).
8. Ko : Percabulan?(terkejut)
Ki : Itu yang membuat saya marah, kecewa,
benci kepada ayah saya. Sampai-sampai mau memberi maafpun saya tidak mau. Tapi,
saya pikir apa yang kamu katakan ada benarnya juga, mungkin saya terlalu keras
kepada ayah. Tapi ada benarnya juga, ayah pasti membutuhkan dorongan dari saya dan
keluarga. Mungkin selama ini saya egois hanya memikirkan diri saya saja (dengan
wajah yang merasa bersalah), sehingga saya tidak memikirkan perasaannya.
9. Ko : Ya benar apa yang kamu katakan
tadi. Kita sebagai anak Tuhan diajarkan
untuk saling mengasihi dan mengampuni satu sama lain? Apalagi dia adalah ayah
kamu Dan. Jadi, sebaiknya kamu bisa menerima apa yang sedang terjadi dan coba
membuka pintu maaf bagi ayah kamu.
Ki : Benar juga ya Nan. Bagaimanapun juga
dia itu ayah saya, biar dia sudah menyakiti saya dan keluarga. Terima kasih ya
Nan atas nasihatnya, akhirnya saya bisa menerima keadaan saya saat ini. Besok
saya akan mengunjungi ayah di kantor polisi.Tolong doakan pergumulan keluarga
saya ya Nan dan saya pun akan berdoa untuk keluarga juga, pasti Tuhan akan membuka
jalan untuk keluarga. Sekali lagi terima kasih, mungkin kalau tidak ada kamu
kepada siapa saya bisa menceritakan masalah ini.
10. Ko : Baguslah Dan kamu bisa memaafkan ayah
kamu. Iya sama-sama, terima kasih juga ya Dan kamu mau berbagi masalah kamu
dengan saya. Dan saya akan selalu mendoakan kamu dan keluargamu. Kelihatannya,
muka kamu sudah ceria lagi, jadi tambah ganteng saja (sambil mencairkan suasana yang
tadinya sedih dan dengan nada bercanda).
Ki : (sambil tersenyum malu)
11. Ko : Kenapa raut wajahmu menjadi merah? Malu
ya? (dengan
nada bercanda). Eh, Dan tidak terasa ya sudah lonceng pertama untuk
masuk gereja malam. Kamu sudah masuk gereja Dan?
Ki : Sudah Nan (sambil tersenyum). Saya
tadi masuk gereja subuh. Kalau kamu sudah masuk gereja?
12. Ko : Sudah Dan. saya kan paling rajin, kalau
mau ibadah (dengan nada bercanda). Ya sudah kalau begitu, nanti kita lanjutkan
kembali percakapan kita.
Ki : Oke de Nan. Yang penting kamu tidak
bosan mendengarkan curahan hati saya! (sambil tersenyum dan wajah yang penuh mengharapan)
13. Ko : Tentu saja tidak (sambil tersenyum), saya
siap menjadi tempat curahan hati kamu Dan, kapan pun kamu membutuhkan saya.
Ki : Makasi ya Nan. (dengan muka yang terlihat lega)
14. Ko : Sama-sama Dan. Jangan lupa ya titip
salam buat ayah kamu dari saya.
Ki : Pasti saya akan sampaikan Nan.
Akhirnya
percakapanpun selesai. Konselor dan konseli bersiap-siap untuk pulang ke rumah
masing-masing.
IV.
ANALISIS
W
Analisis ekonomis : Keadaan ekonomi konseli dilihat dari kesehariannya, dia
berasal dari orang yang mampu. Dilihat juga dari cara berpakaiannya dan
barang-barang elektronik yang dia miliki.
W
Analisis spiritual : Dilihat dari percakapan,
keadaan spiritual konseli tidak terganggu
karena konseli masih mau hadir dalam ibadah pemuda jemaat, dan selalu
mengandalkan Tuhan dalam menghadapi pergumulannya (lihat Ki 9, dan percakapan
terjadi sesudah ibadah pemuda jemaat,). Konseli pun rajin pergi ke ibadah-ibadah
(Ki 11).
W
Analisis psikologis : menurut konselor, secara psikologi
konseli terganggu bisa dilihat dari kebencian terhadap ayahnya dan tidak mau
memaafkan ayahnya ( lihat Ki 5, 6, 8 ) namun pada akhirnya konseli mau menerima
nasihat dari konselor dan memutuskan untuk memaafkan ayahnya ( lihat Ki 8,9).
W
Analisis sosiologis : menurut konselor, konseli adalah orang
yang mudah bergaul. Dia sangat disenangi teman-temannya karna dia baik, tidak
sombong, lucu, dan ceria sehingga kehadirannya selalu dinantikan oleh teman-temannya.
Sampai-sampai ada istilah dari teman-temannya untuk dia “ kalo gak ada loe, gak
rame “. Dia juga aktif dalam organisasi keagamaan maupun organisasi
kemahasiswaan.
W
Analisis Fisik : konseli memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi. Badan konseli
tidak gemuk. Daya tahan tubuh konseli lemah karena konseli alergi terhadap
debu.
W
Analisis teologis : dilihat dari percakapan ini, konseli dapat mengambil
keputusan bahwa ia harus menerima keadaan ini dan tidak lagi membenci ayahnya
(Ki 9).
V.
EVALUASI MENYELURUH :
Percakapan ini masih perlu dilanjutkan, meskipun
tidak ada persetujuan tentang kepastian waktunya, ketika melihat konseli
menyatakan kepercayaannya kepada konselor untuk menjadi tempat curahan hatinya
(Ki 12).
Percakapan ini menuai hasil positif karena konseli
sudah bisa menerima apa yang terjadi dan mau memaafkan ayahnya (lihat Ki 8,9).
Semua itu bisa berhasil karena konseli orangnya terbuka dan mau menceritakan
masalahnya kepada orang lain (lihat Ki 1, 2, 3, 4, 5, 6,7). Dan juga karena
konselor mampu menjadi pendengar yang baik dan bisa membimbing konseli untuk
menemukan jawaban untuk masalah yang dihadapi konseli ( lihat Ki 8,9 ).
bY : STEPHANIE IREYNE SANDALA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar